Negeri Maka Tanoan

Negeri Maka Tanoan
GEMA TIGALALU : INTUB MAKA TANOAN, MHONAS MAKA LILIAN, MOT MAKA PALIHARA

Minggu, 22 Februari 2009

Meningkatnya Aktivitas "Pasiar" Para Pejabat Daerah

Studi banding.....lagi...lagi... dan lagi Studi Banding!!! mungkin tidak asing lagi kata-kata diatas ditelinga masyarakat Maluku Utara. halmana, hampir setiap saat mereka mendapatkan kata-kata itu dikoran-koran lokal. atau dengan lain perkataan, nyaris setiap saat ada pejabat daerah disana yang " pasiar" atau dalam bahasa lazimnya disebut studi banding kedaerah lain - tak tanggung daerah yang dipilih adalah yang ketika mendengarnya semua orang akan merasa "waaach". bahkan tak jarang lokasi yang dipilih adalah keluar negeri -. mungkin "acara" ini telah menjadi kebanggaan tersendiri bagi pejabat di Maluku Utara.Memang, terkadang banyak protes yang dilakukan atas hal ini, tetapi lagi-lagi tidak memberikan hasil yang maksimal.

Hal ini dikarenakan gerakan yang dilakukan atau dibangun selama ini tidak didahului dengan suatu kajian yang sistematis, sehingga dengan berbagai "jurus" yang digunakan oleh mereka (baca: Pejabat) dapat merasionalkan hal ini dengan mudah. salah satu contoh yang tak jarang ditemui adalah, misalkan ketika ditanya kenapa semua pejabat harus berangkat kesana? atau kenapa lokasi studi banding yang dipilih adalah ke luar negeri? padahala semua kita tahu, hampir sebagian besar dari mereka, ada yang tak tau berbahasa inggris? jika pertanyaan -pertanyaan ini diajukan, maka sekilat jawabannya adalah kita semua berangkat karena mewakili masing-masing kepentingan bidang mereka, atau mungkin jawaban lain untuk berkelit dari pertanyaan tak tahu berbahasa inggris, mereka cenderung mengatakan cukup dengan membayar seorang yang pintar bahasa inggris semuanya pasti beres. sungguh sangat sederhana jawabannya.
Argumentasi diatas bukan tanpa dasar, tapi mungkin dapt dikatakan melampaui batas kesadaran. karena tak dapat dipungkiri bahwa aktivitas "pasiar" bagi pejabat daerah sudah melampaui batasan kewajaran. ironinya, semua yang dilakukan oleh mereka sejauh ini belum mendapatkan protes yang berarti dari publik. entah kenapa? aku juga belum menemukan jawabnya.
Namun, seyogyanya, patut dicurigai bahwa semua aktivitas diatas, dilakukan sebagai upaya untuk menghamburkan uang rakyat yang tak jelas, atau dalam bahasa lainnya adalah agar mereka dapat mengelabui massa-rakyat untuk mencuri uang rakyat itu sendiri. koq bisa demikian? iya... memang demikian faktanya. karena jika tanpa alasan dan kemudian duit rakyat hilang, tentunya mereka akan berhadapan dengan kekuatan negara (baca: Pengadilan) yang juga pada faktanya dapat dikatakan mandul dan telah melacuri wibawa kelembagaan itu.
Sulit memang. jika aktivitas yang telah dianggap budaya ini tak dapat dilawan oleh semua kalangan yang mengklaim diri berpikir tentang nasib rakyat. pada konteks itu, seyogyanya atau bahkan mungkin, menjadi sebuah keharusan untuk membangun sebuah kekuatan bersama atau yang sering disebut manifesto bersama dalam melawan bentuk-bentuk pencurian uang rakyat yang dilegalkan melalui aturan maupun peraturan daerah, yang semestinya tidak harus ada. Percaya dan yakinilah bahwa tanpa adanya perlawanan yang signifikan, jangan berharap negeri ini akan mengalami sebuah kemajuan yang berarti bagi masa depannya sendiri. tabeeeea jou. chiko ngeilo...

baca selengkapnya......

Selasa, 17 Februari 2009

Tentang Negeriku "Maluku Utara"

Jika kau mencari Indonesia? Kau akan menemukannya digubuk-gubuk para pemulung, diatas tadahan tangan para pengemis, didalam bunyi rebana dan petikan gitar para pengamen dan di tongkat-tongkat para tunanetra.Jika kau mencari Indonesia? Kau akan menemukannya dalam persekongkolan, dalam pelacuran politik uang dan ekonomi, dalam acungan pistol aparat negara dan dalam tetakan parang para pembunuh Jika kau mencari Indonesia? Kau akan menemukannya dalam rumah-rumah bordil, dalam kamar-kamar penginapan sebuah tempat peristirahatan. (AD. DONGGO)
Kata-kata dalam kalimat diatas, senyampang sangat kontekstual jika diletakkan pada konteks lokal negeriku (Baca: Maluku Utara). memang, tidak semuanya tepat, tetapi beberapa hal yang terdapat dalam bunyi kalimat tersebut dalam realitas sosial benar-benar menyelimuti negeri yang konon cerita memiliki sejarah masa lalu yang gemilang.Tulisan ini hanya merupakan sebuah perenungan intelektual dengan mencoba mengubah pertanyaan yang ditujukan buat Indonesia, kembali di alamatkan untuk Maluku Utara, maka pertanyaan dan jawaban yang didapatkan adalah- mungkin seperti ini- Jika kau mencari Maluku Utara? Kau akan menemukannya dalam persekongkolan, dalam pelacuran politik uang dan ekonomi, dalam perilaku memalukan para wakil rakyat "yang terhormat", dalam acungan pistol aparat negara untuk menghentikan aksi-aksi kritis massa-rakyatnya, atau untuk menjaga keamanan sebuah "Wibawa Pemerintah" dalam tetakan parang, panah-panah wayar dan bom rakitan para pembunuh dengan mengatasnamakan kebenaran atau paling tidak demokrasi. fenomena yang layaknya perilaku komunitas bar-barian yang hanya ada di semananjung balkan - kata Syaiful Bahri Rurai -.
Lalu,muncul sebuah pertanyaan yang sebenarnya tak asing lagi. dimana letak cerita-cerita manis tentang negeri ini, yang konon cerita, masyarakatnya memiliki adat se atoran sangat kuat, memiliki tingkat pemahaman religius yang mumpuni? nampaknya, fenomena-fenomena diatas telah memberikan sebuah skeptisisme kepada anak negeri, bahwa negeri ini memiliki nilai-nilai budaya masa lalu yang menjadi perekat antar komunitas begitu luar biasa, nilai-nilai budaya yang mengajarkan massa-rakyat untuk berbuat kebajikan serta nilai-nilai agama yang mengajarkan untuk saling mengasihi dan menciptakan kedamaian antar kita. menjadi wajar skeptisisme tersebut, halmana fenomena yang terjadi di Maluku Utara dalam konteks "ke-kini-an & Ke-disini-an"telah mengantarkan anak negeri untuk skeptis terhadap kegemilangan masa lalu negerinya sendiri. cerminan dari sikap skeptis tersebut adalah, perilaku bar-barian dan tak bertuhan yang dipertontonkan beberapa waktu lalu, salah satunya adalah membakar rumah Tuhan atas nama Tuhan - meminjam bahasa Dr. Gufran Ali Ibrahim- , pemborosan uang rakyat yang dilakukan elite lokal, bahkan yang lebih sadis uang rakyat dihamburkan di kamar-kamar hotel mewah dikota penindas kelas kakap (Baca: Jakarta), hal lainnya adalah pengurasan uang daerah dengan alasan pengurusan kepentingan rakyat, tetapi faktanya hanya dihabiskan diareal mangga besar, gajah mada, dan tempat lainnya, yang hanya mungkin lokasinya diketahui oleh para elite yang mendiami republik yang disebutkan Basri Amin, republik atau Negeri yang dibangun diatas landasan emosi.
Pada aras yang lain dinamika perilaku elite yang tidak mencerminkan wibawa sebagai pemimpin tersebut sudah bukan rahasia lagi, kasus revisi Kontrak Karya yang hanya berakhir di kamar hotel, kasus studi banding yang hanya menghabiskan uang daerah tanpa hasil maksimal, kasus penumpukkan harta oleh elite, bahkan tak jarang pegawai rendahan yang sebenarnya milik rakyat, dan berbagai kasus lain yang telah mencoreng nama besar negeri ini. berbagai hal ini merupakan bukti-bukti sejarah yang mestinya diukir sebagai bahan diskursus generasi berikutnya. karena paling tidak menunjukkan bahwa apa yang disampaikan oleh AD.Donggo dalam kalimatnya diatas benar-benar (sedikit-tidaknya) ada di Negeriku Maluku Utara.
Pada konteks itu, menjadi tugas semua elemen di Almamlakatul Mulkiyah untuk mendorong negeri ini menuju pada sebuah masa depan yang lebih baik. apakah dimulai dengan memberikan sanksi sosial kepada elite yang tidak memiliki adat se atoran, ataukah dimulai dengan pengutan kapasitas masyarakat, sehingga dapat melakukan control terhadap kinerja pemerintahan baik eksekutif maupun legislatif di negeri ini. atau yang paling ekstrem adalah mendorong sebuah peraturan daerah yang menghakimi elite maupun masyarakat yang berperilaku bar-barian. semua ini membutuhkan jawaban dan kebijakan yang tak mudah.mari semua kita memikirkan jawabannya. tabeeeea jou.... chiko ngeilo masure.

baca selengkapnya......